hilang

Selasa, 24 Januari 2017

Aku menatap senja, entahlah sudah berapa banyak senja yang ku lihat dan aku coba merasakan keadaaan sekitarku saat melihat senja,
senja itu pernah ramai oleh suara dari kendaraaan dan senja juga pernah meriah oleh suara anak anak yang pulang dari pengajiannya. Aku suka

Hari ini, aku melihat senja dengan kekosongan, iya sesuai dengan kekosongan hatiku yang mulai hampa.
Saat itu aku tidak tahu apa yang membuat aku hampa seketika, padahal baru kemarin aku bahagia melihat awan merah di langit itu

Aku berpikir oh iya, hari ini aku belum melihat wajahnya. Dimanakah dia?
Akhirnya, aku berjalan balik lagi ke tempat itu hanya untuk melihat dia padahal hari sudah mulai gelap dan benar saja tempat itu sepi dan tidak ada siapapun. Aku sedih
"Hai, senja. Aku tidak melihatnya hari ini?"

Keesokan harinya, aku datang pagi pagi sekali ke tempat itu untuk mencarinya dan melihat wajahnya. Aku suka senyumnya dan dia yang memegang erat tanganku saat menyebrang di jalan besar dan dia memiliki tatapan yang lembut. Aku suka dia dan apapun yang ada padanya. Aku suka dia sebagai lebih dari pelindungku
Aku menunggu lagi sampai senja berikutnya dan mencoba merasakan suasana senja di sekitarku. Senja kali ini terasa lebih teduh karena aku bisa mendengar angin angin yang bersentuhan dengan dedaunan
"Hai, senja. Senja teduh hari ini tapi aku belum melihatnya lagi. Aku sedih"

Dimanakah dia? Aku sudah mencari dia dimanapun? Di tempat tempat yang sering aku bersamanya. Di mulai dari ruang makan sampai teras rumah dan aku sudah mencarinya di jalan yang menuju sekolah ku tapi dia juga tidak ada

Apakah aku harus balik lagi ke tempat itu. Iyaa sepertinya besok subuh aku akan kembali untuk melihat wajahnya, dimana sih kamu? Aku perlu hangatan pelukmu yang penuh cinta itu

Aku bangun subuh, sebenarnya aku agak malas jalan ke tempat itu kan jalannya masih sepi dan suasana di luar juga cukup dingin
"Hai, kamu. Kamu tahu kan aku benci dingin kalau dingin nanti badanku memerah seperti udang rebus oh iya kamu kan suka udang rebus tapi jangan kamu memakanku yah, aku kan sayang kamu"

Aku berjalan subuh subuh untuk ke tempat itu, suasananya masih gelap dan dingin sekali tetapi setelah ada di tempat itu aku tidak melihat wajahnya lagi. Aku sudah mencari tapi sepi sekali di sini
Kamu dimana? Aku lelah mencarimu
Saat aku melihat badanku benar saja badanku memerah dan aku mulai rasa dunia berputar, haduh gimana ini. Kamu tidak juga menemuiku padahal kamu tahu aku benci dingin dan aku rasa aku mulai hilang kesadaran beberapa saat

Aku rasa aku tidur tadi dan di bangunkan oleh perempuan tua dan aku tidak tahu apakah aku kenal dia atau tidak?
Di tempat ini agak lebih hangat tapi setelah aku lihat di sekitarku, aku tahu aku sedang di gubuk kecil
"Hai. Kamu baru bangun gadis kecil?"
Perempuan itu menyapaku, aku masih diam karena aku tidak tahu harus berkata apa. Dia memberikan aku teh hangat manis dan aku meminumnya

"Kamu tidak sekolah?" Perempuan tua itu berkata lagi
"Kata ayah, sejak aku memukul temanku sampai berdarah di hidungnya. Setiap hari adalah hari libur jadi aku tidak sekolah karena hari ini libur" kataku
"Mengapa kamu memukul temanmu, apakah dia punya salah?" Tanya perempuan tua
"Sebenarnya aku tidak sengaja memukulnya, ini terjadi karena dia terus menerus bilang kalau aku dan ayah berteman dengan sampah padahal aku rasa dia lah sampahnya karena dia selalu memamerkan perhiasannya dan semua barang mewah di rumahnya. Aku tidak suka dengan semua barangnya. Sungguh,  aku juga tidak suka atas semua ucapan  yang dia berikan padaku seakan akan dunia ini adalah miliknya" jawabku

Perempuan tua itu tersenyum padaku dan bilang "kamu gadis kecil yang istimewa".
"Kamu adalah orang yang kedua bilang seperti itu. Orang pertama yang bilang aku istimewa adalah ayah" kataku kemudian
Perempuan tua itu memelukku.

Setelahnya, aku ingat aku belum melihat wajahnya lagi hari ini. Aku cepat cepat bergegas dari gubuk kecil itu dan akan kembali ke tempat itu untuk mencarinya. Kamu dimana? Aku ingin melihatmu dan peganglah tanganku lagi. Sekarang badanku sudah tidak merah tapi kalau dingin datang lagi pasti ini berubah

Kembali lagi ke tempat itu dan tidak ada siapapun dan aku memutuskan untuk menunggunya sampai senja. Senjapun tiba.
"Hai. Senja, sudah tiga hari aku tidak melihatnya. Apakah kamu melihatnya? jika senja melihatnya tolong kasih tahu ada dimana dia"
Setelah aku bicara dengan senja di langit merah itu. Aku mulai meneteskan air mata dan aku merindukannya sangat sekali dan entah mengapa senja kali ini terasa sangat menyedihkan

--------------------------------------

Perempuan tua yang kemarin itu datang menghampiriku yang menangis sendirian di tepi jalan dan dia bilang akan mengantarkan aku ke tempat seseorang yang selama ini ku cari
"Apakah kamu tahu, siapa orang yang aku cari selama ini?" Tanyaku padanya
"Tahu" kata perempuan tua itu sambil tersenyum
"Memangnya kamu siapa? Kenapa bisa tahu juga?"
"Aku kan ibu mawar yang menjaga tempat itu. Pasti aku tahu seseorang yang kamu cari"
Saat itu aku baru tahu kalau dia bernama ibu mawar. Ibu mawar yang baik
Aku berjalan bersamanya dan kembali ke tempat itu. Aku melihat batu nissan ada nama seseorang yang aku cari ini.
Dalam hatiku bergumam "ayah, kamu disini"
Ibu mawar bilang ayahku sudah di surga dan untuk beberapa saat saja aku tidak melihatnya, nanti pasti aku bertemu ayah lagi
Ibu mawar memberiku bunga dan bilang kasihlah ke ayah
"Ayah tidak suka bunga. Ayah lebih suka udang rebus" kataku ke ibu mawar
"Tidak apa apa, nanti lain kali kita kasih ayahmu itu udang rebus yah" kata ibu mawar

Aku sedih, ayah sudah di surga dan tidak mengajakku. Aku merindukannya. Di dunia ini hanya dialah yang aku punya.
Ibu mawar bilang akan menjaga ayahku selalu di tempat ini. Di tempat yang banyak batu nissannya dan tanah coklat membentuk seperti gunung yang didalamnya ada orang orang nafasnya telah terhenti dan di tempat yang banyak air mata ini

"Ibu mawar, aku ingin pulang, terima kasih telah menemaniku" kataku
"Tetaplah disini, aku ini hanya perempuan tua sendirian dan kamu juga gadis kecil sendiriankan. Marilah kita disini bersama" kata ibu mawar
"Tidak mau, di sini sempit"
"Haha, gubukku dan gubukmu pun sama kecilnya hanya saja di sini banyak melati di setiap sudutnya jadi telihat sempit" kata ibu mawar
"Mengapa kamu suka melati padahal namamu mawar?"
"Pertanyaan yang bagus, jawabannya karena aku lebih suka melati"
Aku tertawa karena tidak mengerti apa yang dimaksud ibu mawar dan akhirnya aku tinggal bersama ibu mawar yang suka melati itu. Ibu mawar hampir sama dengan ayah. Dia mengajarkan aku membaca dan mengaji serta selalu memelukku jika dingin datang dan dia sering bilang "Tumbuhlah menjadi gadis yang hebat". Aku juga sering membantunya membersihkan tempat itu dengan mengambil rumput rumput liar dan aku senang bersama dengan ibu mawar

Suatu ketika, saat aku melihat senja bersama ibu mawar
"Mengapa kamu suka senja dan tidak suka dingin?" Kata ibu mawar
" Pertanyaan yang bagus, jawabannya karena aku lebih suka senja" kataku.
Ibu mawar tertawa lalu tersenyum padaku
Aku merindukan ayah. Sangat rindu. Aku ingin bertemu ayah tapi kata ibu mawar belum bisa bertemu nanti ada waktunya dan saat itu aku bertanya kepada ibu mawar
"Apakah kamu pernah merindukan yang telah hilang?"

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Jakarta, Jawa, Indonesia

Followers