pulang

Selasa, 07 Maret 2017

Jarum jam berada di tengah malam dan aku berada di ruangan yang sempit ini.
Dia berada disampingku dan siap memelukku dalam hangat harum tubuhnya, aku ingin berteriak setiap para pendosa itu mulai mendekapku penuh nafsu, aku ingin menangis setiap merasakan kesakitannya tapi air mataku tidak bisa mengeluarkannya, aku ingin memukul kepalanya tapi aku tidak melakukannya karena aku butuh kertas kertas nominal itu untuk menunjang kebahagiaan, kebahagiaan yang sering dibilang orang sebagai kebahagiaan semu

"Iya mami, papi lagi rapat mendadak ini, maaf papi lagi tidak bisa di ganggu dulu yah" kata pelangganku di handphonenya dan aku masih dalam dekapannya

"Penghianat busuk " kataku dan aku membiarkan ini terjadi dan berharap cepat selesai malam ini

Aku tahu aku adalah pendosa tetapi mereka juga pendosa kan? Aku hanya senyum sinis saat mereka belaga sok suci dan polos di hadapan orang orang dan merasa orang paling bijaksana padahal merekapun sama, tetaplah sampah

"Aku mencintaimu wanitaku" katanya setelah menutup handphonenya
"Aku mencintai kertas nominal di dompetmu" kataku padanya

Aku mencoba menjalani hidup semu ini, pernah suatu ketika aku ingin keluar dari markas besar ini tapi setiap aku ingin kabur, para penjaga markas besar ini akan siap memukulku tanpa ampun dan itu rasanya sakit sekali dan aku terjebak dalam perasaan hati karena kata kata sederhana ini

"Cukup menjadi embun pagi hari yang datangnya selalu di tunggu. Hanya di tempat indah bisa di temui padahal embun hanya tetesan air sederhana tapi istimewah dan harusnya kamu tahu bahwa kamu lebih dari sekedar embun" - sepertibening01

Aku menjadi bodoh karena kata itu. iya embun pagi padahal embun pagi itu tidak pernah ada lagi untukku.
aku bukan orang baik baik sejak aku di markas besar ini
Setelahnya, Malam malam aku lalui dengan hal yang tidak bisa aku ceritakan, hanya ada hal pahit disini

aku berharap kalian memahaminya, banyak air mata tapi tidak bisa aku keluarkan dan ada sesuatu yang tidak perlu diucapkan tapi hanya perlu pengertian untuk dimengerti.
Semua yang aku miliki ini adalah semu, kertas kertas nominal dan semua barang adalah semu tetapi ada satu yang pasti, hatiku selalu berbisik "aku ingin pulang".

Aku ingin pulang :). Itu saja

-------------------------------------------------------------

Pada suatu sore, nina datang padaku dan tiba tiba dia bilang
"Apakah kau pernah jatuh cinta?"
"Hahaha, pertanyaan konyol macam apa itu?"
"Jawab saja" kata nina melanjutkan
"Pertanyaan itu tidak bisa aku jawab, nin " kataku

Nina diam beberapa saat, si pendatang baru itu berumur belasan dan kamar dia ada di kamar sebelahku

"Dia ingin membawaku pergi dari sini, dia adalah kekasihku di kampung, aku harus apa?" Kata nina
"Jika ada kesempatan kau pergi, pergilah jauh dari tempat ini, kau tidak pantas disini" kataku padanya
"Kau juga tidak pantas disini" katanya
"Semua perempuan tidak pantas disini" kataku melanjutkan

Markas besar ini adalah tempat kesenangan bagi kaum pendosa yang banyak kertas nominalnya,
Aku tahu, kalian melihatku sebagai hina dan aku juga benci melihat diriku dicermin dengan make up tebal dan pakaian serba minim, aku tidak pernah menikmati bersama mereka karena di markas besar ini, aku tidak tahu apa arti bahagia yang sebenarnya

"Apakah kamu pernah merasa dijebak?" kata nina melanjutkan
"Iya, aku dijebak oleh kata kata yang sederhana "
"Kata?" Tanya nina kemudian
"Iya nina, aku dijebak oleh kata kata sederhana seseorang yang dia ucapkan setiap pagi dan aku selalu jatuh cinta dalam kalimatnya"

Aku tahu nina tidak akan mengerti apa yang aku katakan,

"Kamu ingin pulang?" Tanyaku pada nina melanjutkan
"Iya, aku ingin kembali ke kampung?"
"Aku juga ingin pulang dan aku ingin bertemu dengannya?"
"Bertemu siapa?"
"Penyairku"

Penyairku pandai merangkai kata dan siap membacakan puisi indah untukku dan dia bilang aku adalah embun paginya tetapi dia telah menghilang

sesaknya, aku masih mencintainya dan berharap dia kembali lagi padaku

"Aku ingin pulang, pulang ke ibuku dan bertemu orang terkasih, eh apakah kamu punya orang terkasih?" Tanya nina padaku
"Dan kau mulai bertanya pertanyaan konyol itu lagi nin?"
"Haha, hey kupu kupu indah malam, apakah hatimu itu sudah beku karena malam malam penuh pilu itu ?" Kata nina sambil tertawa

Aku mencubit lengannya nina dan kami tertawa bersama.

Orang terkasihku adalah penyairku
Hah. Penyairku, aku selalu ingin disampingmu, kembalilah dan pulang bersamaku

Setelah hampir sepuluh tahun markas besar beroperasi tapi akhirnya aparat menemukan markas besar ini, aku dan nina keluar dari pintu belakang, kami berlari, aku tidak akan melepas tangannya sampai kami benar benar aman.
Akhirnya aku lolos juga setelah hampir lima tahun dari markas besar itu, itulah kebahagiaanku. Aku bebas tapi aku telah hina
Telah hina, sedih sekali mengingat malam malam itu.
Apakah benar benar ada kebahagiaan hakiki untukku?

Percayalah, aku masih perempuan yang punya hati seperti dandelion dan aku ingin juga bahagia

Aku berjalan dan terus berjalan, tidak ada kata lelah untukku. Aku ingin pulang bertemu penyairku. Yang terkasih

Akan tetapi, setelah aku berjalan jauh sekali, tidak ada siapa siapa di tempat pulangku. Disana sepi, apakah tempat pulangku telah hilang bersama hilangnya aku lima tahun lalu?
Dimana tempat pulangku dulu? Dimana penyairku?

Aku menangis dan nina memelukku dan dia bilang, "sabar yah ra?"

----------------------------------------------------------------------
aku tidak akan dipisahkan dengan rasa cinta kepada penyairku dari kecil sampai sekarang, walaupun suami penyair itu kalah judi dengan  mempertaruhkan aku dan dia menjadi gila karena menanggung kesedihan atas diriku tapi aku masih mencintai orang gila yang selalu telanjang dan ketawa sendirian yang membuat malam malamku penuh jeritan dan air mata kebencian, kenapa aku masih mencintainya?  Sederhana, karena penyair itu adalah ibuku dan sekarang dia menghilang

"Ra, rumahmu disini?"kata nina
"Iya nin?"
"Jadi, kamu adalah anak dari penyair embun pagi itu?"
"Iya, aku adalah ratu dandelion"
"Hah, nama lengkapmu ratu dandelion?" Tanya nina heran

Iya, aku adalah ratu dandelion, putri dari penyair embun pagi di yogyakarta. Penyair itu adalah yang terkasih dan ibuku sendiri,

Keluargaku hancur saat bisnis kayu ayahku bangkrut dan sejak itu ayahku berjudi untuk membalikkan modal tapi saat usiaku delapan belas,
Ayahku mempertaruhkan diriku dan dia kalah
Aku terjebak di markas besar itu, tempat penuh laknat itu dan setelah itu aku tahu ayahku menjadi gila dan ibuku pergi dari rumah,

Aku kira ayah dan ibuku akan kembali ke rumahku, tempat pulangku
Namun, lihatlah. Aku kehilangan semua yang berharga termasuk harga diriku

Nina salah saat dia bilang hatiku beku, aku menangis sekarang dan sebenarnya, aku benci untuk apa-apa kebahagiaan yang hilang

Aku ingin pulang tapi tidak ada tempat untuk aku pulang, semuanya telah hilang dan perasaanku menghilang bersama tetesan tetesan air mataku, rumahku telah hancur bersama perasaanku

Nina memelukku dan dia bilang
"Tenanglah, kau masih menjadi embun pagi, kau ingatkan embun pagi hanya ada di tempat indah dan sekarang tempat indah itu bukan di rumahmu atau di markas besar tapi rumahku, Aku akan senang sekali mendengar setiap bait yang ada di benak ratu dandelion"

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Jakarta, Jawa, Indonesia

Followers